Buat Orang-orang sepantaran saya, yang lebih tua dari saya atau bahkan anak-anak muda yang sekarang pernah bersekolah atau tinggal di wilayah Tangerang Kota, sosok ini mungkin sudah tak asing lagi.
Herman tidak gila atau terganggu pikirannya, Herman adalah sosok manusia biasa dengan sedikit kekurangan pada dirinya. Dulu waktu saya SMA dan masih suka bertemu dengannya di setiap acara kepramukaan yang kebetulan juga saya hadiri. Herman datang dengan sepeda kesayangannya, ngobrol dengan siapa saja, tak jarang Herman di olok-olok karena kekurangannya, ditanggap untuk sekedar bernyanyi dengan suara yang pelo-pelo. Lagu kesukaannya yang sering di nyanyikannya adalah lagu AYAH.
Dimana akan kucari, aku menangis seorang diri
hatiku slalu ingin bertemu, untukmu aku bernyanyi
untuk ayah tercinta aku ingin bertemu walau hanya dalam mimpi
Selain lagu ayah, lagu lain yang juga sering dinyanyikannya adalah lagu IBU.yang dulu popular dinyanyikan Dina Marianahatiku slalu ingin bertemu, untukmu aku bernyanyi
untuk ayah tercinta aku ingin bertemu walau hanya dalam mimpi
Oh ibuku..hatiku piluuuuu.
( ngebayangin muka Herman jadi ngakak)
Seorang diri
Bila kuingat masa yang telah silam
Kudibesarkan oleh ibukuuuu di kampung halamanku…
dst ( saya lupa, males search di google hehe)
Dua nyanyian kesukaan Herman menjadi bukti kecintaan pada Ayah dan Ibunya, sebuah contoh baik dari seorang Herman buat kita semua.
Contoh baik lain yang mungkin tak dimiliki oleh kita yang hidup lebih dari kekurangan yang dimiliki Herman adalah sikap dan kepedulian sosialnya yang tinggi. Jika sepanjang jalan yang dilalui dengan sepedanya Herman melihat ada bendera kuning, Herman pasti mampir bertakziah tak peduli dikenal atau tidak olehnya orang yang meninggal itu.
Sudah lama saya tak melihat Herman sejak lulus SMA, namun setiap kali hari Pramuka tiba, dikepala saya selalu teringat sosok Herman Pramuka, masih hidupkan dia ?
Hari Pramuka 14 Agustus 2011 lalu, seorang teman saya berhasil mendapatkan foto Herman ( tentu saja masih dengan pakaian pramuka kebanggaannya) ikut hadir di lapangan upacara.
Herman terlihat jauh lebih tua dari terakhir yang saya lihat. ( ya iyaaaa laaah gw juga makin tua). Namun semangat dan jiwa pramuka sejati masih muncul dari sorot mata dan langkah tegapnya.
Sekarang, andai saya bertemu dengan Kak Herman, saya tak mungkin berani mengolok-olok atau menggodanya, tak ada yang pantas dari Kak Herman untuk di olok-olok. Kak Herman layak dijadikan contoh keteladanan seorang Pramuka Sejati.